Pesawat
kargo milik AS nampak menerjunkan beberapa pasokan untuk para tentara
yang berbeda di medan perang Afghanistan. Militier AS kini menggunakan
Google Earth untuk mengamankan misi mereka. (Foto: Google)
KABUL – Karena takut dengan serbuan dan ledakan bom
pinggir jalan, militer Amerika Serikat meningkatkan pengiriman pasokan
kepada para prajuritnya di pos-pos penjagaan terpencil dengan dijatuhkan
dari udara, menggunakan parasut sekali pakai dan aplikasi macam Google
Earth.
Pengiriman amunisi, bahan bakar, makanan, dan air melalui udara
setiap harinya eningkat dua kali lipat per tahun sejak 2006. Tahun lalu,
jumlah pasokannya berjumlah 60 juta pound, demikian diwartakan Wall Street Journal.
Penjatuhan kiriman pasokan dari udara tersebut semakin mendesak
karena penambahan jumlah prajurit AS yang nyaris mencapai 100.000 orang
dan meningkatnya ancaman dari bom yang ditaham dan sering kali
ditempatkan di sepanjang jalur pengiriman pasokan di darat.
Jebakan semacam itu menewaskan 268 orang prajurit Amerika tahun lalu,
meningkat 60 persen dibandingkan tahun 2009, demikian menurut data dari
kantor berita Associated Press.
"Kehidupan kami tergantung dari situ," kata Kapten Cole DeRosa,
komandan Resimen Infanteri 506. "Tanpa pasokan ulang dari udara, kami
tidak akan punya persediaan."
Orang-orang Kapten Cole beroperasi di sebuah pangkalan kecil di Waza
Khwa, Provinsi Paktika, 30 mil dari perbatasan Pakistan. Satu-satunya
jalan yang menghubungkan kawasan itu dengan gudang pasokan besar adalah
melalui Gwashta, kawasan curam di sisi gunung yang menjadi lokasi ideal
penyergapan oleh Taliban.
Tidak ada konvoi darat AS yang berusaha menempuh jalur berbahaya tersebut dalam waktu dua tahun.
Pengiriman pasokan melalui parasut untuk para prajurit Amerika di
Afghanistan semakin meningkat karena keadaan geografis yang kasar dan
jalanan yang dipenuhi jebakan Taliban. 12 dari 18 lokasi penempatan
pasukan di Paktika khusus diberi pasokan dengan cara dijatuhkan melalui
parasut dan helikopter.
"Risiko bisa dikurangi dengan menjatuhkan pasokan ketimbang harus
membawanya melalui kendaraan darat," kata Kolonel Sean Jenkins dari
Brigade 4, Divisi Airborne 101, yang mengomandani seluruh pasukan AS di
provinsi tersebut.
Para kru udara mempersiapkan tiap-tiap misi dengan cara mempelajari
foto tiga dimensi Google Earth di lokasi. Aplikasi tersebut memungkinkan
mereka memandang dengan sudut pandang jendela kokpit yang bergerak,
pegunungan, sungai, desa-desa di dekat zona penjatuhan kiriman.
Saat dibutuhkan akurasi tinggi, para kru menggunakan parasut mahal
yang dipandu satelit yang mampu mengirimkan diri ke zona penjatuhan.
Alternatif yang lebih murah, para prajurit dari 101st
Airborne menyimpan makanan, air minum, dan amunisi di kantong-kantong
mayat berwarna hitam dan langsung dikirimkan dengan helikopter atau
parasut kepada para prajurit yang kekurangan pasokan pada saat tengah
bertempur.
"Jangan sampai anak-anak kekurangan makanan, amunisi, dan air, dan
perlu satu jam untuk mengirimkannya pada mereka," kata Kapten Xavier
Burrell dari Brigade 801 Batalion Pendukung.
Pendekatan semacam itu lambat. Terkadang, pesawat yang mengirimkan
pasokan ditembaki para gerilyawan dari darat. Kecuali pengirimannya
mendesak, para pilot biasanya tidak memutar untuk kedua kalinya jika
pada kesempatan pertama tidak berhasil menjatuhkan kiriman.
Yang menjadi kekhawatiran adalah akurasi. Tahun lalu, seorang kru
udara Italia secara tidak sengaja menjatuhkan sebagian besar barang ke
sebuah pangkalan di barat Afghanistan, menghantam gimnasium, barak, dan
sebuah helikopter evakuasi medis, namun tidak ada korban yang jatuh,
kata Kapten John Gruenke, seorang personel Angkatan Udara AS yang
mengunjungi lokasi itu sesudahnya untuk membantu melatih para kru.
Sumber : (http://www.suaramedia.com)